LATIHAN ber-teater monolog pada hari Jumat, 19 Agustus 2016 terjadwal pukul 16.00. Hadir Jamal, Desi, Utroq, Andy, dan Jundan. Mas Jamal melakukan proses latihan sebanyak dua kali, yaitu selepas Ashar dan juga bakda magrib. Ia menghafal naskah sekaligus menghafal blocking. Di bagian awal, memang sudah hafal naskahnya hingga di tengah. Namun pada bagian tengah sampai akhir, Mas Jamal masih butuh mengejarnya.
Di luar waktu menghafalkan naskah, kami juga memanfaatkannya untuk selang-seling berdiskusi. Karena kami sejatinya mengalami sebuah permasalahan yang boleh dibilang ‘serius,’ yaitu mengenai dana untuk pementasan. Padahal setelah pementasan perdana, yaitu pada Festival Monolog di Solo –yang diagendakan jatuh– pada tanggal 23 September 2016, rencana di kemudian hari, pertunjukan ini juga akan dipentaskan berkeliling, mulai dari Banten, Lampung, Bali, dan Yogyakarta. Namun, apa daya, waktu tinggal semakin dekat, dan sampai latihan kali ini dana belum ada yang turun. Donatur yang awalnya telah memberi harapan pun hingga saat ini masih belum memberi kabar.
 |
Salah Satu Karya Lukis Jumaldi Alfi |
Berkesenian memang sulit, khususnya hal pendanaan. Hanya saja semangat tak boleh padam, arang tak boleh patah. Meneng mumet memang iya, namun yang terpenting adalah mencari solusi.
Solusi lain juga kami pikirkan; menggunakan
website yang sedang dikerjakan oleh Mas Utroq, bakal pertunjukan MENJARING MALAIKAT akan ditawarkan sebagai produk yang bisa ‘dipesan’ oleh calon konsumen. Sehingga, pertunjukan MENJARING MALAIKAT bukanlah pertunjukan yang telah ditetapkan jadwalnya, namun disesuaikan dengan situasi pun kondisi. Seumpama ada pihak yang berkenan dan mau mengundang, maka MENJARING MALAIKAT barulah mengurus lokasi dan tempat untuk pertunjukan.
Usul lain adalah dengan membikin kaos, apalagi Andy Setyanta juga sudah dan sedang bergelut dengan produksi kaos. Biaya produksi sekitar 50 – 60 ribu rupiah. Cara berjualan adalah dengan membuka PO alias pre order. Kita menawarkan desain kaos, setelah ada yang memesan barulah kaos diproduksi.
Tagline yang hendak digunakan: “Membantu Menjaring Malaikat” a.k.a MMM. *Ini berarti, posisi malaikat di sini adalah masih menjadi obyek, yaitu pertunjukan monolog yang hendak dipentaskan.
Media sosial yang digunakan dalam penggalian dana itu antara lain adalah Instagram. Pasalnya Instagram yang baru berumur dua bulan itu,
toh followers-nya hingga saat ini (19 Juni 2016) juga sudah mencapai angka 1700-an. Karena itu, Utroq Trieha juga memasang target, saat pementasan 23 September 2016 kelak, minimal followers
IG Jaringpro Ject harus sudah mencapai angka 2.500 atau bahkan 3.000.
Pada diskusi dan pembahasan dana tersebut, tanpa kami sadari, di bagian luar, di lantai atas kami, ada Mas Jumaldi Alfi yang sedang menyapu dan bebersih taman, (tempat kami latihan di Sarang Building –milik Mas Jumaldi Alfi– berada di lower ground). Dan kami menduga beliau mendengar hal yang sedang kami bahas, yaitu ihwal dana pertunjukan itu.

Diskusi berhenti sejenak. Kami mengambil gambar untuk
updeting instagram. Kali ini narasi yang diunggah adalah peristiwa Malaikat Jibril berhasil terperangkap jaring. Mas Jamal memanfaatkan lantai berjaring kawat untuk menghasilkan efek jaring malaikat. Ia banyak berpose, dan
Desi Puspitasari yang mengambil gambar.
Sekitar pukul 19.00 ketika Andy dan Jundan sudah datang, kami mengemukakan pembahasan dan pembicaraan di awal tadi, yaitu mengenai merchandise MENJARING MALAIKAT yang sekiranya bisa ditawarkan untuk mengumpulkan dana pertunjukan.
Perlu diketahui juga, bahwa pada waktu sebelumnya, Mas Jumadi Alfi telah mengirim beberapa gambar pada Mas Jamal untuk digunakan sebagai poster, booklet, dan juga leaflet. Dari beberapa gambar, kami memilih salah satu –sebagaimana kami lampirkan sebagai ilustrasi pertama pada halaman blog ini. Gambar tersebut akan diedit lagi, dan diperbanyak untuk membikin merchandise. Mas Alfi setuju dan membolehkannya.
Tak diduga tak disangka, lebih dari harapan kami, ternyata Malaikat itu datang pula ke dalam kegelisahan kami, pasalnya Mas Jumadi Alfi juga mempersilahkan salah satu lukisannya dijual oleh tim Jaringpro Ject dan hasilnya digunakan untuk menyokong biaya pertunjukan. Terkutip dari chatting-nya dengan Jamaluddin Latif beliau berujar, “Lukisan itu jika dihargai oleh galeri bisa mencapai angka lebih dari 2.500 USD.”
Sesaat setelah kami terbengong-bengong berjamaah. Andy segera memberikan usul untuk membikin “momentum” dan “statement” penyerahan lukisan oleh mas Jumadi Alfi kepada mas Jamal. Sehingga calon pembeli mengetahui dari mana asal-muasal lukisan dan juga tujuannya.
Kemudian ada pula usulan lain mengenai pencarian dana adalah dengan menjual merchandise berukuran kecil, seperti: mug, pin yang akan dibagikan gratis, pouch, dan utamanya kaos. Tagline kali ini menggunakan kalimat: APAKAH KAMU BERSEDIA MENJADI MALAIKAT KECIL BAGI KAMI? *kali ini malaikat berganti menjadi subyek, yaitu pemberi donatur.
Calon konsumen dibagi menjadi dua: malaikat besar yang akan membeli lukisan mas Jumadi Alfi dan malaikat kecil yang membeli merchandise dengan desain dari lukisan tersebut.
Usulan kalimat promosi yang hendak digunakan seperti ini: OPEN CALL MALAIKAT KECIL!
Rencana untuk lukisan mas Jumadi Alfi selain ditawarkan, juga ada usulan untuk membikin lelang. Harga dimulai dari 2.500 USD. Mas Jamal mengingatkan bahwa semestinya perlu dibentuk panitia untuk mengurusi hal ini. ((((Ketawa semua)))) Diharapkan video momentum akan viral sehingga banyak yang mengetahui tentang Jaring Project: MENJARING MALAIKAT. [dps|uth]