PERSONNELS | JARINGPROject adalah satu nama identitas tim yang terbentuk pada 19 Juni 2016, yang sejatinya sejak tahun 2013 para personilnya secara alami telah sering terlibat dan melibatkan diri dalam berbagai event kesenian di Yogyakarta, baik seni pertunjukan ataupun seni rupa. Dalam kurun waktu 4 tahun tersebut, selain pekerjaan yang ada di area Yogyakarta, banyak juga job luar kota bahkan manca negara yang tetap dikerjakan secara bersama.
Lebih dari tiga tahun menjadi masa yang cukup untuk membuktikan kekompakan dalam melakukan kerjasama dan juga kepercayaan pun rasa tanggung jawab atas kinerja masing-masing. Maka, dari seringnya volume kerja kolektif ‘berjejaring’ antar individu yang tergabung dalam tim produksi, timbul gagasan untuk menamakan diri ‘JARINGPROject’ sebagai identitas kelompok. Berangkat dari produksi ‘Menjaring Malaikat’ pada tahun 2016 itu, selanjutnya JARINGPROject ingin menampilkan seni kolaborasi yang dapat mengakomodasi ke dalam banyak cabang seni. Mengingat para personilnya berasal dari latar belakang yang berbeda-beda.
Who are We..?
Check it out!
Jamaluddin Latif | »» Aktor »» Koordinator
Jamaluddin Latif adalah pria kelahiran Pekalongan yang sudah menetap di Jogjakarta sejak tahun 1994, yaitu ketika mulai menempuh pendidikan tinggi di Asdrafi (Akademi Seni Drama dan Film). Karena kecintaannya itu, ia bersama keluarga hingga saat ini menetap dan bertempat tinggal di Jogja, kota tempat kelahiran istrinya. Bentuk kecintaan lain pada Yogyakarta bisa dibuktikan dari berbagai aktivitas pria kelahiran 21 April tahun 1975 ini, antara lain adalah kepeduliannya terhadap tata kelola lingkungan, bersuara keras terhadap kebijakan-kebijakan buruk di kota, dan masih banyak lagi.
Sebagai aktivis lingkungan, Jamal tidak hanya berhenti bersuara tanpa solusi. Ia tetap memberikan teladan yang solutif, contohnya adalah dengan menunjukkan cara baru berpromosi tanpa harus memasang baliho raksasa yang justru menjadi sampah visual di seantero kota. Ialah pitpaganda, yang merupakan akronim dari Pit Propaganda, sepeda untuk propaganda.
Sebagai pelaku seni (teater) di kota budaya, pria yang juga sempat mengenyam pendidikan tinggi di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini telah banyak mementaskan pertunjukan yang temanya berkaitan dengan isu lingkungan, pementasan teater berjudul “Trotoar” yang memuat kisah mengenai ketidak-ramahan tata kota Jogja bagi para pejalan kaki adalah satu di antaranya. Tahun 2016, Jamaluddin Latif bersama JARINGPROject juga menyuarakan ketidakadilan melalui seni teater (monolog) berjudul “Menjaring Malaikat” yang disutradarai Ibed Surgana Yuga dengan naskah yang ditulis oleh Desi Puspitasari, berkolaborasi dengan Ari Wulu di Musik dan Roby Setiawan di Artistik.
Meski naskah yang dilakonkan adalah hasil adaptasi dari cerpen karya Danarto berjudul “Mereka Toh Tidak Mungkin Menjaring Malaikat” (diambil dari buku kumcer Adam Makrifat), namun Jamaluddin Latif tetap menyertakan kepeduliannya; dalam pertunjukan monolog kali ini tetap menyertakan pesan yang hendak disampaikan kepada khalayak pemirsa, di antaranya adalah isu-isu sosial, korupsi dan ketidakadilan.
Ibed Surgana Yuga »» Sutradara
Ibed Surgana Yuga atau akrab dipanggil dengan sapaan Ibed adalah pria yang terlahir dari keluarga petani tradisional di Bali.
Setelah satu tahun menjalani pekerjaannya sebagai journalist, 2003 menjadi tahun hijrahnya menuju kota Gudeg – Yogyakarta guna menempuh studi penyutradaraan teater di Institut Seni Indonesia Yogyakarta, yang kemudian mampu mengantarnya menjadi inisiator Kalanari Theatre sebagai sebuah lembaga yang melakukan gerakan budaya melalui karya-karya teater dengan tujuan untuk menemu-kenali dan menegaskan kembali ikatan antara kinerja dan masyarakat, serta menginspirasi setiap insan manusia dalam mengembangkan budayanya.
Pada Kalanari yang mulai diinisiai tahun 2012 itu, Ibed membingkai karya-karyanya melalui konsep yang secara erat melibatkan ‘tata ruang,’ sehingga secara luas akan mampu melihat sudut lain dalam memahami konteks sosial dan budaya, sedangkan secara sempit tetap bisa memahami ruang itu sebagai “ruang fisik” (alam dan arsitektur). Selain mengeksplorasi situs sejarah, alam, arsitektur sebuah bangunan, di manca negara Ibed juga telah beberapa kali melakukan kerjasama kesenian, antara lain di negara Jepang, Singapura dan Irlandia.
Dari teater yang ia geluti di Kalanari, ia hendak menunjukkan bahwa kerja seninya tak bisa hanya dipandang sebagai karya seni kolaboratif, lebih dari itu adalah sebagai dialog kebudayaan. Baginya, teater bukanlah sebatas penciptaan seni pertunjukan, melainkan juga memiliki visi yang mulia dalam mengembangkan budaya masyarakat, antara lain dengan menekankan nilai-nilai kemanusiaan dari masyarakat itu sendiri.
Selain menginisiasi “Umah Solah” yang merupakan sebuah situs dan lembaga untuk pergerakan budaya di tanah kelahirannya; Pancaseming, Jembrana, Bali, tak sedikit pula karya lain yang Ibed jalani sebagai freelancer. Di antaranya adalah buku berjudul Kintir (Yogyakarta: Kalabuku, 2011) yang berisi beberapa lakon teaternya, dan juga Bali tanpa Bali (Denpasar: Panakom Publishing & Komunitas Kertas Budaya, 2008) yang merupakan kumpulan esainya mengenai budaya Bali.
Annisa Hertami »» Aktris
Anda yang tahun 2017 dan belakangan ini gemar nonton film, apalagi berbagai cinema yang disutradarai Garin Nugroho, atau Anda yang juga gemar membaca surat kabar, salah satunya membaca kolom sosok koran harian Kompas, kemungkinan besar tak akan asing dengan sosok perempuan bernama Annisa Hertami ini.
Ya, perempuan kelahiran Magelang yang justru memiliki hari ulang tahun berbarengan dengan hari jadi kota Yogyakarta ini adalah pegiat seni yang sejatinya sejak menempuh pendidikan dasar telah akrab dengan kehidupan kota budaya Yogyakarta. Pasalnya, selain menekuni dunia teater dan dunia perfilman, ia juga aktif menuangkan tulisannya ke dalam ranah sastra Indonesia.
Annisa Hertami Kusumastuti Yudhomo adalah wanita yang sempat menggemari olahraga basket, sehingga pantas jika ia gesit dalam menangkap segala kesempatan yang bisa membuatnya menuju tonggak kesuksesan. Di antaranya dalam film bertajuk “Soegija” ia berhasil menjadi Pendatang Baru Terbaik penghargaan Piala Maya 2012, Pemeran Pendukung Wanita Terpilih helatan Apresiasi Film Indonesia 2012, masuk sebagai nominator Piala Citra untuk Pemeran Utama Wanita Terbaik pada Festival Film Indonesia tahun 2012. Dan masih banyak lagi penghargaan yang ia peroleh.
Di samping berbagai film layar lebar telah dilakoninya, di antaranya adalah film bertajuk Jokowi, Jenderal Soedirman, Aach… Aku Jatuh Cinta, Pesantren Impian, Promise, dan Nyai, wanita yang tahun 2013 – 2015 didaulat sebagai Pemenang Pertama Diajeng Kota(madya) Yogyakarta dan tahun 2014 – 2016 juga terpilih kembali sebagai Pemenang Pertama Diajeng Daerah Istimewa Yogyakarta (tingkat Propinsi) ini adalah juga pelaku dalam TV Series bertajuk “Patriot” yang ditayangkan NET TV serta film-film layar kaca yang menarik lainnya.
Di sela-sela kesibukannya, tahun 2018 Annisa Hertami juga harus bolak-balik Jogja – Solo guna menempuh pendidikan Strata 2 di ISI Surakarta. Namun ia juga tetap aktif mengisi waktunya menjadi MC (Master of Ceremony) di beberapa helatan, baik di Jogja pun kota-kota lainnya. Sementara itu, performanya memerankan Nis dalam Teater bertajuk “SEKAR MURKA” tak bisa diragukan lagi. Terbukti dengan banyaknya penonton dari berbagai latar belakang yang terpikat pada kelihaiannya dalam seni peran di atas panggung garapan Tim JARINGPROject pada produksi keduanya akhir tahun 2017.
M Dinu Imansyah »» Aktor
Muhammad Dinu Imansyah adalah pria kelahiran Kedungkandang, Malang –Jawa Timur yang sejak kecil sudah aktif bergelut dalam kegiatan seni budaya di kotanya, baik bersama komunitas pelajar ataupun dalam komunitas umum di seputar lingkungan –wilayah tempat tinggal. Aktifitas itu di antaranya adalah di Teater Pelajar Arema, Paguyuban Peminat Seni & Tradisi Kota Malang, Teater Über Malang, dan lain sebagainya.
Pria yang acap dipanggil Dinu ini, selepas menamatkan pendidikan tingginya di Jurusan bahasa Jerman Universitas Negeri Malang, tahun 2009 menuju ke kota budaya Yogyakarta guna melanjutkan pendidikan tinggi S2 di Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa Universitas Gadjah Mada.
Selepas lulus dari S2 sepertinya ia terlanjur kecantol dengan kota gudeg ini, apalagi ada banyak wadah seni budaya yang bisa ia jadikan tempat guna menyalurkan bakat. Di antaranya, tahun 2010 bergabung dengan SAC (Saturday Acting Club) Yogyakarta, tahun 2011 selain join dengan Theatre by Request P4TK Yogyakarta, ia juga masuk menjadi keluarga Seni Teku/Kalanari Theatre Movement. Selanjutnya pada tahun 2014-2015 ia merapat ke Padepokan Seni Bagong Kussudiardja dan setahun kemudian bergabung dengan Jengkel Teater Yogyakarta.
Bersamaan dengan menempuh pendidikan S3 (masih di Universitas Gadjah Mada), tahun 2017 Dinu dengan senang hati juga membuka diri untuk turut membesarkan nama JARINGPROject pada produksi keduanya bertajuk SEKAR MURKA. Bahkan aksi kepiawaian Dinu di atas panggung SEKARMURKA masuk dalam sosok pemeran yang dielu-elukan para pemirsa teater yang mulai menggemari dan ngefans dengannya.
Pria yang piawai bermain musik, terutama gitar, kencrung, dan ukulele ini sebelum berperan sebagai HIN dalam pementasan SEKAR MURKA produksi keduanya JARIONGPROject , tahun 2011 juga bermain dalam Film Mata Tertutup dan berperan sebagai Jabir.
Desi Puspitasari »» Penulis Naskah
Selain bergelut dengan naskah pertunjukan, Desi Puspitasari adalah novelis dan cerpenis yang karyanya telah diangkat ke layar kaca serta layar lebar. Terlahir di Madiun pada 7 November, ia tinggal di Yogyakarta sejak menempuh pendidikan tinggi di Bulak Sumur hingga kini.
Karya-karya mayor dan indie-nya antara lain: Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku, 2007 (terbit di Malaysia 2008, diadaptasi ke FTV Religi oleh Starvision 2010), Di Bawah Naungan Cahaya-Mu, 2008 (terbit di Malaysia 2009), Girl-ism (Gramedia, 2009), On a Journey (Bentang Pustaka, 2013), The Strawberry Surprise (Bentang Pustaka, 2013, diadaptasi ke film layar lebar oleh Starvision, 2014), Jogja Jelang Senja (Grasindo, 2016), Alang (Republika Penerbit, 2016), Membunuh Cupid (Falcon, 2017), dan Mimpi Kecil Tita (Republika Penerbit, 2017). Cerpen dan cerita bersambungnya telah dimuat di Koran Tempo, Jawa Pos, Majalah Femina, Media Indonesia, Suara Karya, Suara NTB, Jakarta Beat, Majalah Kawanku, Majalah Kartini, dan Majalah Horison. Selain ada di divisi Media Literasi dan Publkasi dalam JARINGPROject, pada kesempatan berbeda, bersama Utroq Trieha, Desi juga mengelola berbagai media, baik media sosial maupun media website. Salah satunya adalah situs www.klipingsastra.com.
Sedangkan di dunia seni-budaya, berikut adalah keterlibatan Desi Puspitasari dalam sejumlah pementasan seni panggung:
- 2007; Pentas monolog “Sang Primadona” – cerpen A. Mustofa Bisri. Tampi sebagai presentasi program beasiswa keaktoran Actor Studio 2. Studio Teater Garasi.
- 8 Desember 2007; Pertunjukan TUK – naskah Bambang Widoyo SP. Sutradara: Gunawan Maryanto. Tampil dalam program “Kaum Miskin Kota Berbagi Ruang Menyapa Indonesia” Urban Poor Consortium (UPC). Tugu Proklamasi Jakarta.
- 11-12 Januari 2008; Pertunjukan TUK – naskah Bambang Widoyo SP, Sutradara: Gunawan Maryanto. Tampil sebagai presentasi akhir Aktor Studio 2007. Amphitheater Taman Budaya Yogyakarta.
- 1 Desember 2008; Pentas “Kura-kura Bekicot” – naskah Eugene Ionesco. Sutradara: Andi Sri Wahyudi. Studio Teater Garasi.
- 29 Agustus 2009; Pentas “Tempat Istirahat” – naskah David Campton. Tampil sebagai presentasi program beasiswa Actor Studio 3. Studio Teater Garasi.
Untuk menghubungi, sila kontak melalui surel: mail@puspitadesi.com, akun twitter: @puspitadesi, ataupun IG: @puspitadesi_. Kunjungi pula websitenya di www.puspitadesi.com
Ari Wulu »» Penata Suara & Musik
Ishari Sahida atau dikenal dengan nama Ari Wulu, adalah pria kelahiran Yogyakarta pada 7 Juni 1979. Serius menggeluti dunia musik telah dilakukannya sejak tahun 1998, salah satunya adalah musik elektronik, bahkan sejak tahun 2005 ia juga mendirikan sebuah forum musik elektronik dengan nama SoundBoutique. Di sisi lain Ari Wulu bersama tim juga mengembangkan aplikasi mobile gamelan dan juga beberapa project musik lainnya.
Tahun 2009, Ari Wulu telah serius melibatkan diri dalam mengelola YGF —Yogyakarta Gamelan Festival bersama dengan keluarganya. Yaitu satu festival gamelan di kota budaya Yogyakarta yang telah dihelat lebih dari 15 tahun lamanya. Adalah almarhum ayahnya yang memulai perhelatan YGF itu. Lima tahun belakangan ia berhasil melaksanakan perhelatan festival gamelan ini bersama dengan adik perempuannya.
Pria yang memiliki situs pribadi di www.ariwulu.com ini telah beberapa kali juga terlibat dalam Festival Kesenian Yogyakarta, sehingga tahun 2015 dan 2016 ia dipercaya menduduki posisi Ketua Pengurus I FKY.
Roby Setiawan »» Penata Artistik
Bagi sebagaian orang yang menggemari dunia musik indie dan kemudian menemukan nama Roby Setiawan mungkin tak akan asing lagi dengannya. Pun bagi sebagian lainnya yang menyimak dunia seni rupa lengkap dengan segala keindahan artistiknya, baik pada saat pameran ataupun mengamati beberapa seni panggung, mungkin juga tak akan buta dengan nama Roby Setiawan.
Ya, ialah pria penuh talenta, baik di dunia seni musik ataupun di dunia seni rupa.
Bersama kawan-kawannya, Roby, begitu biasa ia disapa, tahun 2003 membentuk grup band bernama Jenny dan telah mengeluarkan satu album bertajuk “Manifesto,” namun sayang pada perjalanannya band ini sedikit vakum, apalagi ketika –dengan beberapa alasan– dua personilnya memutuskan diri untuk hengkang.
Tak patah arang, Roby dengan beberapa yang masih tersisa tetap semangat melanjutkan kegiatan ngeband, yaitu dengan menggaet teman –yang juga sejatinya telah lama bareng dengannya– untuk melanjutkan visi “Jenny” dalam bermusik. “FSTVLST” menjadi nama baru yang dipagut sebagai brand, masih dengan posisi sama dengan sebelumnya, Roby Setiawan tetap liar memegang gitar.
Meski bergelut dengan seni musik beserta band indienya, memiliki latar-belakang dunia seni rupa di ISI (Institut Seni Indonesia) Yogyakarta tentu membuat Roby juga piawai dalam menuangkan ide kreatif bukan saja ke dalam seni musik semata, melainkan juga ke dalam bentuk seni rupa. Sehingga karya-karya indahnya sangat memberikan arti bagi JARINGPROject, dan tahun 2017 serta 2018 Roby berkesempatan memikul tanggung-jawab sebagai Ketua Pengurus I FKY.
Sugeng Utomo »» Penata Cahaya
Sebagai orang di belakang layar mungkin sosok yang satu ini agak susah untuk diamati. Dan bisa jadi hanya sebagian saja yang mengenalnya, yaitu mereka yang memang hendak tahu detil tentang tim produksi.
Sejatinya Sugeng Utomo adalah nama yang tak asing lagi di blantika seni panggung, bukan saja di area Yogyakarta, namun juga luar kota, bahkan manca negara. Karena segala kelas pertunjukan sudah menjadi makanan kesehariannya. Tidur berselimutkan kabel dan berbantal lampu adalah hal yang tak asing untuk dilakukannya, karena memang ia harus selalu siap ketika memang sudah sanggup mengerjakan suatu event, baik dari acara belum dimulai hingga acara usai.
Pria yang kini berambut gondrong ini kadangkala senang diam menyendiri dan kadang juga menjadi ahli hisap cigaret. Mungkin itu dilakukannya sebagai bekal berkonsentrasi ketika harus menunaikan tugas sebagai operator lampu pertunjukan.
Namun begitu, ia menjadi sosok yang cukup peduli pada sebuah hasil produksi. Yaitu dengan beberapa usul, saran dan juga review-nya yang disampaikan demi perbaikan pada sebuah pertunjukan. Pun sebagaimana yang ia lakukan pada tim JARINGPROject.
Andy Setyanta »» Manajer Produksi
Andy Setyanta adalah sosok muda yang memiliki berbagai talenta dan masih cukup energi untuk mengaplikasikannya. Event Organizer, Desainer Grafis, Merchandise, Decor dan Clothing adalah beberapa hal yang saat ini dikerjakan di antara kesibukannya.
Terlahir pada 6 Juni 1989 dan tumbuh besar hingga remaja di kota pelajar sekaligus budaya Yogyakarta, membuatnya semakin giat dalam menggeluti segala hal, baik pada sisi kebudayaan maupun keilmuan. Dengan bekal gemar membaca, menggambar, bersepeda, pun berpetualang, mengantarkan Andy sampai pada berbagai macam kegiatan.
Lulusan Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta ini, memerosokkan diri di belantara seni kota Jogja, baik yang dihelat pemerintah maupun non pemerintah. Diawali dengan menjadi volunteer Biennale Jogja 2011, Andy turut menjadi volunteer di Pekan Seni Kriya FSR Institut Seni Indonesia 2012, Liason Officer di Jogja International Heritage Walk 2012, Pemandu Pameran ART JOG “Looking East” 2012, Koordinator Kesekretariatan Kasongan Art Festival 2012, dan lain-lain.
Selanjutnya pria pemilik produk merchandise Travelermbahmu ini sejak tahun 2012 juga turut serta dalam Festival Kesenian Yogyakarta. Bahkan tahun 2014 hingga 2016 ini ia mendapat tugas sebagai Sekretaris FKY. Sehingga, segala kemampuan yang telah teruji itu mampu membawa Andy Setyanta didapuk sebagai pimpinan produksi (Manajer Produksi) di JARINGPROject.
Utroq Trieha »» Literasi Media & Publikasi
Utroq Trieha adalah pria kampung, karena memang lahir dan besar di Yogyakarta namun jauh dari keramaian pusat kota. Yaitu di bagian pojok ndesa, area pinggiran sungai Progo, Jogja bagian barat.
Lahir dan bertumbuh besar di seputaran Kali Progo dengan hamparan sawah dan kebunnya, sementara tak jauh dari sana ada pula deretan perbukitan Menoreh, membuatnya tak asing lagi dengan kehidupan perdesaan dengan segala hiruk-pikuk, resah-gelisah, dan centang perenang sisi sosial –pedesaan lainnya. Sehingga meski ia telah berkelana ke ibukota-Jakarta selama lebih dari sepuluh tahun, tak membuatnya lantas lupa asal; Tetap sebagai lelaki ndeso, orang kampung, namun bukan sosok yang harus menjadi kampungan.
Awal tahun duaribuan, selepas lulus sekolah ia berangkat ke Jakarta mengandalkan tenaga untuk bekerja, dan juga berbagi waktu untuk “nyambi” belajar lagi di Sekolah Tinggi Perhotelan, yang kemudian mampu mengantarkannya untuk bekerja di dunia hospitallity. Selain hotel bintang tiga dan bintang empat, Borobudur Hotel Jakarta –sebagai hotel bintang lima+diamond– adalah satu tempat kerja yang bisa mempertemukannya dengan berbagai sifat serta karakter manusia dari berbagai belahan negara, dan juga menjadi tempatnya pula untuk belajar serta mengenal dunia teknologi informasi & komunikasi lebih dalam.
Tahun 2014, pasca balik kampung dari Jakarta menuju ranah kelahiran, berbekal senang membaca dan menggemari ‘bahasa coding’ di dunia maya, pria yang di kampung halamannya lebih dikenal dengan panggilan “Utroq” ini kini memiliki aktivitas membangun – merawat – dan mengelola media berbasis internet, baik sebagai Content Writer pun Creative Support di beberapa situs website, serta sebagai SEO & Social Media Strategyc pada salah satu startup yang menjadi pemenang I Wiramuda Usaha Mandiri 2016 kategori Digital Fintec. Selain itu, di dunia sastra-kepenulisan, tahun 2017 karyanya yang berujud novel berbahasa Jawa menjadi nominator di Dinas Kebudayaan DIY. Sementara itu, di JARINGPROject di samping ada pada Divisi Literasi Media & Publikasi, pada produksi pertama bertajuk “Menjaring Malaikat” ia juga didapuk pada posisi talent bersama Andy Setyanta (Pimpro) dan Agung Febriyanto.
Aries Danu Jundan S »» Crew
Meski sejak kecil telah terbiasa bolak-balik Jakarta – Jogja, namun pria yang biasa dipanggil dengan nama Jundan ini tetap memilih tumbuh dan berkembang di Yogyakarta.
Sedari Sekolah Dasar hingga berlanjut ke sekolah menengah, ia cinta banget dengan tempat tinggalnya yang berada di lereng gunung Merapi, area bagian utara Yogyakarta. Bahkan teman-temannya juga kerap menyambangi rumah tinggalnya itu, yang kemudian tak jarang mereka berkumpul sambil mengadakan kegiatan atau sekadar ngobrol bareng di rumah khas Jawa berujud bangunan joglo yang ada di sana. Karena itu, tempat ngumpul itu dijuluki “Ndalem Kajundanan”
Pria yang terlahir di Sleman – Yogyakarta ini selama dan setelah menempuh pendidikan tinggi di Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta banyak melakukan kegiatan. Selain gemar dengan aksi mengemudikan mobil “jeep”nya, ia juga banyak membaur dan bergiat dengan komunitas di wilayah Yogyakarta.
Di bawah ini adalah beberapa aktivitas Jundan;
• Panitia Asean Youth Wallacea Expidition di Jakarta, Bogor dan Ternate
• Panitia“Biennale Anak” di Taman Budaya Yogyakarta
• Relawan “Gerakan Jogja Bangkit” (ErupsiMerapi)
• Relawan “Biennale Jogja XI” di Taman Budaya Yogyakarta dan Jogja National Museum
• Relawan divisi humas Festival Kesenian Yogyakarta
• Volunteer International Youth Conference di Jakarta (2014)
• Panitia acara Nikah Masal di Kebun Binatang Gembiraloka (2014)
• Panitia Festival Kesenian Yogyakarta 26
• Panitia Kelas Inspirasi Yogyakarta 3 (2015)
• Panitia Festival Kesenian Yogyakarta 27 (2015)
• Koordinator Volunteer Biennale Jogja Nigeria 13 (2015)
• Panitia Kelas Inspirasi Yogyakarta 4 (2016)
• Panitia Festival Kesenian Yogyakarta 28 (2016)
Adib Nurul F »» Crew
Adib Nurul Fajariyanto, adalah laki-laki asal Jogja bagian barat yang terlahir pada 14 Desember. Kampung halamannya memang ada di Karang Tengah Lor, Margosari, Pengasih, Kulon progo. Namun ia juga memiliki kampung ke-2 di area kota yang acap disinggahi, yaitu di Jl Nyi Pembayun, Kotagede, Yogyakarta.
Selain memiliki kesibukan di dunia Freelance Product Design selama lebih dari empat tahun, pria yang biasa dipanggil dengan nama Adib ini juga memiliki kegiatan lain yang lumayan menguras waktu dan energinya, apalagi ketika musim “kesibukan” itu tiba. Ia bisa dihubungi di nomor 083867281766 atau melalui email myadb@yahoo.co.id
Di bawah ini adalah di antara aktivitasnya;
• Manager Band Local (karnamereka) 2009
• Peserta JUMBARA PMR DAERAH IX Oleh PMI Daerah Istimewa Yogyakarta ,Sleman (2009)
• Panitia Festival Hari Aids sedunia, di Alun-alun Wates (2009)
• Panitia International AIDS Candlelight Memorial, Wates (2010)
• Penanggungjawab & Panitia movie education, SMKN 2 Pengasih, Kulon Progo (2010)
• Panitia Youth Day & Lounching YOTHA, Oldfriend.yk (2010)
• Penanggungjawab & Panitia Sshout Time, SMKN 2 Pengasih, Kulon Progo (2011)
• Surveyor, Drafter & Konsultan Teknik Di CV.CIPTA ADITAMA, Jl. Kaliurang KM 6,5 Kentungan, Sleman (2011)
• Panitia local PerNas Aids, Hotel Ina Garuda, Yogyakarta (2011)
• Volunteer exhibition Biennale JOGJA XI :The Equator #1,TBY,JNM.yogyakarta (2011-2012)
• Panitia valentine charity The ringin’s Family, RS sarjito Yogyakarta (2012)
• Volunteer FKY (Festival Kesenian Yogyakarta) XXIV: Seni Untuk Rakyat, Benteng Vredebrug. Yogyakarta (2012)
• Panitia & Guide ART│JOG’12: Looking East (A Gaze upon Indonesian Contemporary Art), TBY Yogyakarta (2012)
• Drafter Di PT.Bhuwana Agung Dsn Tambak 69-A, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta
• Volunteer Pekan Seni Kriya Indinesia ,Galery ISI Yogyakarta (2012)
• Panitia/Crew The 4th JOGJA INTERNATIONAL HERITAGE WALK (2 Days walk for green and community), Candi Prambanan & Argo Wisata Turi, Sleman (2012)
• Drafter Di BENDA Lab Jl. Kemetiran Kidul No. 60 Yogyakarta, Indonesia 55272 (2012)
• Panitia/Crew Kasongan Art Festival (Plastic Teror), Kasongan, Bantul (2012)
• Panitia/Crew NIKAH BARENG ISTIMEWA, Madukismo, Bantul (2012)
• Supervisor Di CV MULTI CITRA GRAHA Jl.Palagan TP Gg Gambir No. 21 Jongkang, Ngaglik, Sleman Yogyakarta (2012)
• Fotografer API (Asosiasi Pematung Indonesia) Musyawarah Besar III, Yogyakarta (2013)
Agung Febriyanto »» Crew
Pada produksi pertama JARINGPROject yang bertajuk “Menjaring Malaikat” ia adalah sosok termuda yang didapuk pada posisi talent bersama Andy Setyanda (Pimpro) dan Utroq Trieha (Media Literasi & Publikasi), guna berpartner dengan Jamaluddin Latif.
Ialah Agung Febriyanto, remaja asal Klaten – Jawa Tengah, fresh graduete dari Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, yang tak hanya piawai di dunia kesehatan hewan, namun juga tetap sigap dan ringan tangan dalam berkegiatan di dunia seni dan budaya Yogyakarta.
Selain pada event rutin bulanan, bentuk ringan-tangannya ini telah ia buktikan dengan beberapa kali ikut terlibat pada perhelatan FKY (Festival Kesenian Yogyakarta) yang secara cekatan mampu beradaptasi dengan rekan tim kerjanya dalam mempersiapkan segala kegiatan seni, pun membongkar dan menyelesaikannya apabila kegiatan itu telah usai. Agung, begitu rekan-rekan tim memanggilnya, selain gemar dalam memelajari video dan photography, juga merupakan sosok yang selalu bisa diandalkan untuk menjadi pembantu umum karena sangat fleksibel –mampu dan bisa ditempatkan di mana saja.
All of You… »» Part of Us
Anda sebagai penonton, penikmat seni, peselancar media on line, dan apapun aktivitas serta profesi yang sedang dijalani, adalah bagian dari kami yang tak bisa dipisahkan. Project kami tak akan bisa menjadi apa-apa tanpa kehadiran Anda.
Kami, semua yang ada di dalam JARINGPROject ini, tentunya tak bisa mengapreasi dengan hitungan harga kepada Anda. Karenanya, dengan telah, sedang, dan akan terus memberikan kritik, saran, dan ide membangun, maka kamipun tak akan bisa mengesampingkannya. Pun ketika tumbuh kedermawanan dari Anda untuk memberikan sumbangsih kepada kami berujud donasi, dengan kerendahan hati kami tak akan sungkan untuk mengucapkan beribu terima kasih.
Anda adalah bagian tetap bagi kami, Anda bukanlah sekadar sosok yang kami posisikan sebagai obyek. Melainkan lebih dari subyek. Sehingga tabik dan salam akan selalu kami haturkan dengan tulus yang tiada terhingga kepada Anda para “Kerabat JARINGPROject” semuanya.
