Awal Amuk Kembang Sebelum SEKARMURKA

[Proses 1] Awal Amuk Kembang Sebelum SEKARMURKA

SEBELUM SEKARMURKA terpantik sebagai satu judul teater yang akan dipentaskan oleh Tim JARINGPROject, awalnya merupakan cerita yang ditulis Desi Puspitasari dengan judul Amuk Kembang. Yaitu pada akhir bulan April 2017, tepatnya setelah Desi Puspitasari dan Utroq Trieha bertemu dengan teman-teman JARINGPROject lain pada dua kesempatan berbeda. Pertama di home-base Kalanari  bertemu dengan Ibed Surganayuga. Dan yang kedua ada di area Jogja Nasional Museum, bertemu dengan Andy Setyanta, Jundan,sebe serta Jamaluddin Latif.

Pertemuan pertama dengan Ibed lebih pada ngobrol tentang ide cerita yang kemudian dikembangkan pada pementasan; Bagaimana tanggapan Ibed yang kelak akan berlaku sebagai sutradara? Jawabannya, Ibed memerdekakan penulis untuk menelurkan ide dan kemudian menciptakannya ke dalam bentuk tulisan. Ia juga setuju ketika tulisan awal tersebut lebih berbentuk novelet, yaitu lebih dari naskah cerpen, dan hampir serupa dengan naskah cerber/cerbung. Tulisan inilah yang diposisikan sebagai pijakan awal untuk kebutuhan pemanggungan kelak.

Pertemuan kedua, kita mendiskusikan gambaran awal yang sebelumnya telah dipaparkan oleh Desi Puspitasari. Saat Andi Setyanta  lebih pada mencerna dan diam mendengarkan, di sesi pertemuan itu Jamaluddin Latif banyak memberikan inputan, termasuk gambaran refferensi yang bisa diolah dan diterapkan ke dalam naskah.

***

Terciptalah satu naskah panjang karena memang berjumlah puluhan halaman yang kemudian siap untuk dibedah dan dibahas dengan berbagai kemungkinan.

Awal Amuk Kembang Sebelum SEKARMURKAWujud kembang dipantik sebagai ide awal cerita karena memang itu sangat dekat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Entah itu kembang yang memang beruujud nyata sebagai bunga, kembang yang merupakan simbol sosok pun perilaku manusia; kembang desa, kembang lambe, dan lain-lain. Juga kembang sebagai istilah yang bisa dipakai dalam dunia usaha pun dunia kerja; bunga bank, bunga rampai, dan semacamnya.

Selain itu, kembang adalah juga sebuah benda yang saat awal dituliskan itu sedang menjadi isu yang merebak di depan mata. Kembang dikirimkan  ke pemakaman, kembang dipakai sebagai pernik-pernik artistik pun dekoratif hajatan, kembang digunakan untuk mengucapkan selamat, pun kembang yang sangat bisa difungsikan sebagai penghias ruangan.

Kembang, entah itu sebagai flower arrangement bentuk round table, long table, standing flower, bouquet, selain memiliki fungsi memperindah juga membawa banyak makna; sedih, pilu, gembira, dan lain sebagainya. Kembang layak dipersembahkan saat sedang cinta pun bahagia, namun sah juga ketika harus dipakai untuk mengantar duka. Kembang, bisa dirangkai dalam aneka warna meski berbeda jenis pun rupa. Kembang juga bisa berdiri sendiri dan tetap anggun sebagai single. Ada single-rose ataupun single-carnation yang bisa berdiri menghias sudut ruangan, ada pula snap-dragon ataupun anthorium yang dirangkai tunggal secara loose di dalam tabung kaca.

Dari sinilah tertulis kembang, sebelum SEKARMURKA tercipta. Karena begitulah kembang, cikal bakal buah juga sumber manis madu, yang juga memiliki nama lain “SEKAR”. Satu nama yang terdengar lembut, namun bukan berarti lemah. Karena seindah-indahnya bunga mawar, ia tetap memiliki tangkai yang berduri. Seharum-harumnya lily, ia memiliki benangsari yang kadang juga mengotori. [uth]