BANTUAN bunga Fleurify dan pergeseran latihan SEKARMURKA kami alami beberapa kali.
Ya, pada pementasan SEKARMURKA kali ini kami dibantu oleh Nana yang memiliki usaha bernama Fleurify, yaitu sebuah wirausaha yang bergelut pada jualan bunga felt atau bunga imitasi yang berbahan kain flanel pun kertas. Fleurify ini melayani buket bunga dari kain flanel, dan kemduian juga akan turut membantu perihal penyediaan bunga untuk pementasan SEKARMURKA.
Masih berada di Omah Jayeng, setelah diskusi kecil kami kemudian memikirkan mengenai produksi, ada banyak hal yang dibahas baik terkait pakaian, kelengkapan panggung, juga artistik yang di dalamnya tak boleh ketinggalan, yaitu pengadaan bunga. Di sela-sela diksui itu, Utroq mencoba menghubungi Nana yang memang telah ia kenal pada waktu sebelumnya. Iseng-iseng meminta bantuan pada Nana perihal produksi teater SEKARMURKA ini, dan gayung bersambut. Nana bersedia dan merasa senang sekali bisa memberikan support.
Singkat cerita pada malam hari, tanggal 23 November 2017 kami bertemu dengan Nana di Kafe Ekologi, Sawitsari, Condong Catur, Yogyakarta. Hadir pula Roby Setiawan sang penanggung-jawab artistik yang sejatinya malam itu ia baru saja kelar manggung pada konser FSTVLST di area UNY.
Pada pertemuan itu dibahas mengenai jenis-jenis bunga yang berkemungkinan akan digunakan pada pentas. Juga berapa ukuran serta jumlah yang akan digunakan.
Selanjutnya beberapa jenis bunga dipilih dan ditimbang, kira-kira mana yang mudah untuk dikerjakan oleh Nana.
Ukuran dan jumlah bunga pun sudah ditentukan. Dan meski diskusi sudah berjalan, pada akhirnya hasil pertemuan malam itu sejatinya lebih memerdekakan pada Nana mengenai keputusan pemberian bantuannya, on her call, karena setelah menerima bunga dari Nana, tim artistik JARINGPPROject adalah pihak yang harus bisa memanfaatkan pengadaan dari Nana tersebut.
Bunga Fleurify dan Pergeseran Latihan SEKARMURKA
Latihan di home-base Kalanari, Omah Kebon, dan Omah Jayeng telah kami lakoni berulangkali, tiba saatnya kami latihan menggunakan salah satu ruang di area Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, tepatnya di ruang Layang-layang. Sebenarnya selama dua tahun dan beberapa kali berlatih, baru kali ini kami mendapat tempat latihan yang kurang nyaman. Padahal cuaca juga sedang kurang bersahabat dan bisa dikatakan hampir setiap hari hujan selalu turun. Ada hari yang begitu parah, hujan turun begitu deras hingga keadaan ruang Layang-layang pun bocor.
Alhasil, seolah tiada perkembangan berarti saat SEKARMURKA diolah di tempat ini. Memang beberapa blocking ditemukan, akan tetapi masih selalu berganti dan selalu terasa kurang pas. Ada satu bagian pada babak tiga, yaitu Man dan Hin bertemu untuk pertama kali. Dua aktor menemukan posisi baru. Bila sebelumnya, saat di Omah Jayeng, adegan tersebut dibayangkan dilakukan dengan duduk bersebelahan – dan kemudian dilakukan dengan berdiri bersebelahan, pada latihan di ruang Layang-layang PSBK gerakan tersebut dilakukan dengan
berdiri saling membelakangi.
Pada latihan di Layang-layang ini Desi merasakan babak satu hanya melulu diisi emosi kemarahan yang terlalu berlebihan oleh Anisa dan Jamal. Padahal yang ia inginkan sebagai penulis, kemarahan keduanya tak sekerap
itu. Seperti misalnya pada pertengkaran Nis dan Man, sebaiknya kemarahan Nis ditunjukkan tidak dengan meledak semata. Masih ada alternatif lain, merajuk misalnya. Juga pada Man. Ia memang kesal dengan perubahan sikap Nis yang menjadi lebih sering merengek, namun sebaiknya ia bisa agak lebih lunak sedikit. Meski pada akhirnya Man benar-benar meledak marah.
Desi mendiskusikan hal tersebbut tersebut dengan Ibed, sang sutradara. Yang kemudian menyampaikannya dengan logika motif yang pas pada aktor-aktornya. Latihan di Layang-layang dilakukan beberapa kali sampai kemudian kami terpaksa libur karena badai Cempaka yang lebih dari tiga hari sempat menyerang area Jogja.
Demikian mengenai proses mendapatkan bantuan bunga Fleurify dan pergeseran latihan SEKARMURKA yang beberapa kali kami alami dalam menggarap karya teater ini. [uth/des]