Edukasi Publik: Kenapa Harus Fest!sip Festival Arsip Kuasa Ingatan

Pengantar Edukasi Publik Festival Arsip Kuasa Ingatan

GAGASAN dasar dari Festival Arsip Kuasa Ingatan IVAA 2017 ini ialah mempersoalkan relasi kuasa yang terdapat dalam proses penyusunan sejarah, yang memposisikan arsip sebagai cara pandang atas realitas sekaligus mengkonstruksi realitas. Di titik ini arsip tentu bisa dijadikan alat untuk mempertanyakan dan membincangkan fakta sejarah di luar sudut pandang para pemenang. Dasar ini juga yang kemudian dijadikan pegangan oleh tim kerja edukasi publik dalam penyelenggaraan Festival Arsip “Kuasa Ingatan”. Edukasi Publik merupakan salah satu tim kerja dari Festival Arsip IVAA 2017 yang menitik beratkan perhatian pada apa yang disebut sebagai publik, dalam rangka memaksimalkan proses produksi pengetahuan dan potensi penyebarannya. Sementara wilayah kerja tim ini meliputi ruang-ruang aktivitas dari pameran arsip dan karya berbasis arsip, serta pameran komunitas beserta program-program turunannya.

Dalam proses perancangan dan penyusunannya, tim kerja edukasi publik memulai dengan mempertanyakan istilah ‘publik’, kemudian mengkontekstualisasikan dengan visi-misi IVAA dan Festival Arsip itu sendiri. Kami menginginkan keterlibatan publik yang seluas-luasnya. Namun kami sadar, bahwa hal tersebut tidak dapat diwujudkan dengan satu atau dua langkah. Kita telah mengalami bahwa proses demokratisasi seni sudah berjalan selama beberapa lama dan bukan berarti tidak ada persoalan di dalamnya. Justru di tengah berbagai upaya demokratisasi seni itulah, usaha untuk merefleksikan beragam praktik dan wacana di sekitarnya menjadi mutlak. Dalam konteks ini, publik tidak semata kami tempatkan sebagai kerumunan massa dengan kesadaran kosong, yang lantas bisa diisi informasi atau pengetahuan secara satu arah. Publik bagi kami merupakan mitra belajar, yang dalam pertemuan dan perjumpaannya memperlebar ruang dialog serta ruang kritis, baik kritik yang kelak kita ajukan untuk keseluruhan karya dan rangkaian program festival, ataupun kritik yang kita ajukan untuk kita dan publik sendiri.

Sikap itulah yang menjadi denyut nadi dari tiap perancangan dan penyusunan programnya. Bentuk dan format performatif yang berbasis peristiwa banyak kami pilih dalam program-program edukasi publik di Pameran Arsip–pameran seni rupa berbasis arsip. Pilihan bentuk ini dipilih sebagai aktivasi, karena lebih menekankan pada pengalaman ketubuhan. Pengalaman yang berbasis pada proses berkumpul dan berhimpun (gathering) serta bernegosiasi dengan kesadaran aktif dalam merespon karya-karya dalam pameran. Namun, kami tidak ingin terjebak pada dikotomi publik aktif-pasif yang seolah menganggap respon-respon yang ilmiah menjadi lebih tinggi nilainya. Bagi kami, teredukasi adalah momen saat kita mampu mengartikulasi kegelisahan masing-masing, lewat bahasa-bahasa yang kita pahami serta mampu mengaitkannya dengan cara melihat realitas dunia yang lebih luas.

Selain program yang menekankan partisipasi secara mandiri, kami juga merancang pendekatan lain pada publik. Tur institusi pendidikan/sekolah dan seniman/kurator wicara, dan beberapa program-program yang dirancang untuk mendekati publik dengan keterlibatannya, dalam usaha mengkontekstualisasi arsip yang umumnya berjarak dan dianggap sebatas masa lalu. Program lainnya juga dirancang agar bersama publik kita bisa mempertanyakan, bagaimana kuasa dalam praktik pengarsipan beroperasi, hingga intervensi dalam menggugat dan mempertanyakan sejarah melalui arsip-arsip yang dimaterialisasikan.

Selain program aktivasi pameran, kami merancang pula program yang bertujuan untuk menyuarakan gerak arsiparis, lewat Pameran Komunitas Arsip Budaya Nusantara. Arsiparis yang cenderung bergerak senyap, akan dipertemukan dengan arsiparis lain dari berbagai lini—lembaga pemerintahan, arsiparis mandiri, maupun komunitas, serta publik pengguna arsip secara khusus maupun umum. Dari pertemuan ini kami berharap agar kita dapat saling bertukar pengalaman dan pengetahuan, serta melihat dengan kritis praktik-praktik pengarsipan yang kita lakukan.

Pameran Komunitas yang berlangsung di tiga hari terakhir festival arsip IVAA 2017, mengundang sebelas intitusi yang menempatkan arsip sebagai denyut nadinya, yakni Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Museum Sonobudoyo, Institut Dayakologi, Lokananta, Taman Baca Kesiman, Tikar Media Nusantara, Sekolah Pedalangan Wayang Sasak, Bali Lite Institute, Studio Audio PUSKAT, OK Video, Festival Film Dokumenter, serta dua arsiparis individu, Primantoro dan Slamet.

Berbagai inisiatif pengarsipan tersebut dipilih berdasarkan keberagaman metodenya dalam membaca arsip. Komunitas tersebut tidak hanya menampilkan arsip yang dimiliki, namun juga aktif terlibat dalam program diskusi yang telah dirancang. Harapannya, program-program pada pameran komunitas arsip ini menjadi ruang pertukaran pengetahuan antara para arsiparis dengan publik.

Rangkaian program di atas merupakan cara kami menerjemahkan posisi, serta cara pandang kami di tengah konteks penyelenggaraan Festival Arsip. Dalam hal ini kami sengaja mengajak publik untuk mengambil posisi berhadap-hadapan dengan Festival ini, bukan hanya untuk sekedar mendukung, tapi juga membuka ruang dialog serta mengkritisinya agar pengetahuan-pengetahuan baru tercipta bersama.
Semoga kita saling teredukasi!

-Tim Edukasi Publik, Festival Arsip IVAA 2017