jaringproject-sebagai-penerima-hibah-seni-jagongan-wagen

[Proses 3] JARINGPROject Sebagai Penerima Hibah Seni Jagongan Wagen 2017

SETELAH kabar pun informasi JARINGPROject sebagai penerima hibah seni Jagongan Wagen kami dapatkan pada bulan Juni 2017, kemudian kami  mengagendakan pementasannya bulan Desember yang sekaligus sebagai akhir tahun 2017. Terkait dengan hal itu, maka bulan Agustus 2017 tim internal JARINGPROject mengadakan pertemuan pertama untuk mendiskusikan cerita dan naskah sebagai pijakan awal sebelum berfokus pada panggung.

Desi Puspitasari selaku penulis naskah, menceritakan ide awal dalam menulis cerita. Sebagai kelanjutan pada pertemuan yang pernah dilakukan sebelumnya, ia memantapkan prinsip bahwa kali ini sebaiknya cerita tidak ngoyoworo berangkat dari ruang kosong atau ide hasil ceplokan imajinasi semata. Lebih dari itu, cerita yang akan digarap bermula dari kejadian nyata yang kemudian ditarik ke ruang fiksi.

Amuk Kembang menuju SEKARMURKA

Sebagai permulaan, naskah untuk project pementasan kali ini telah ditulis Desi dalam format novelet (novel pendek 20 halaman), dan masih sebatas menggunakan kaidah penulisan naskah seputar dunia sastra. Sama sekali belum ada format naskah panggung pun logika pemanggungannya.

JARINGPROject Sebagai Penerima Hibah Seni Jagongan Wagen 2017Cerit bertajuk “Amuk Kembang” (yang pada akhirnya atas usulan Utroq Trieha berganti judul menjadi Sekar Murka) berangkat dari peristiwa perusakan bunga-bunga di balaikota di Jakarta, yang tak banyak orang tahu siapa pelaku persisnya. Desi kemudian menariknya ke dalam peristiwa sehari-hari, cerita sederhana yang ngomongin cinta, juga bunga.

Ada tiga tokoh yang akan berperan dalam cerita Amuk Kembang, yaitu Man (dari kepanjangan Preman) yang akan berperan sebagai preman, Hin (dari kepanjangan Solihin) sebagai orang soleh, dan Nis adalah perempuan manis dan cantik yang akan diperebutkan dua laki-laki tersebut.

Melalui ketiga tokoh tersebut dan juga konflik yang seolah-olah terkesan menye-menye, Desi tetap ingin menyelipkan pesan seperti saat menggarap Menjaring Malaikat. Sedangkan mengenai apakah penonton kelak akan menangkap insight dan atau ‘pesan’ tersebut, semua dikembalikan pada penonton. Seumpama penonton hanya akan menangkap cerita cinta ‘remeh-temeh’ dan sebatas menganggapnya sebatas hiburan belaka, pun tidak masalah. Karena semua interpretasi toh pada akhirnya memang akan dikembalikan pada kemerdekaan berpikir khalayak.

Kemudian setelah menjelaskan konsep awal cerita, pernyataan dan keinginan Desi tersebut ditanggapi oleh
teman-teman tim lain. Dan di bawah ini adalah transkip pertemuan tersebut.

Diskusi Awal JARINGPROject Sebagai Penerima Hibah Seni Jagongan Wagen;

Ibed:
Cita-citaku bentuk pementasan tidak serealis cerita dalam naskah. Maksudnya, cerita boleh realis, tapi bentuk lebih ke arah imajinatif. Tapi tetap ada sisi-sisi realisnya, ada dialog realis, tapi tidak selalu begitu. Bahasa yang digunakan bisa beragam. Kita akan menjelajahi segala kemungkinan, meski secara cerita tetap realis.

Contoh pertunjukan: Robert Wilson. Cerita teks adalah realis, tapi secara presentasi enggak.

Menjelajah berbagai bentuk, jangan terpaku pada satu bentuk saja. Misalnya, gerakan pantomim bisa masuk, metode Suzuki juga bisa masuk. Bayanganku; aku ingin ada tantangan pentas tentang kembang, tapi (artistik) sama sekali tidak ada kembang di sana. Bunga di sini direpresentasikan lebih simbolik/imajinatif. Hal ini akan menantang proses kreatif kita dalam berproses.

Jamal:
Bisa menghadirkan bunga tanpa bunga, atau memenuhi panggung dengan bunga riil.

Bentuk pertunjukan: secara bentuk tetap realis, secara presentasi boleh kepleset-kepleset dikit. Tidak realis karena penonton diajak berpikir menebak siapa pelakunya. Seperti dalam Rashomon; penonton digiring untuk kemudian menebak siapa pelaku pembunuh. Teks cerita Sekar Murka memang banal, tapi secara bentuk bisa berbeda.

Catatan: oke bila memang penonton diajak menebak siapa yang membakar pun merusak bunga, ada beberapa bagian yang terlalu jelas. Jadi beberapa teks bisa diedit dan dikurangi.

Bagian bab 4: Hin dan Man lewat dalam keadaan godres-godres (berdarah) dan sedikit ada adegan. Bagian-bagian yang menyatakan secara tegas bisa dihilangkan. Semua desas-desus tentang man dan Hin disampaikkan melalui Nis. Semua keburukan Man dan asumsi orang-orang tentang Man disampaikan oleh Nis.

Di sini kita akan menggunakan permainan asumsi atau banyak pendapat. Maksudnya, saat ending penonton menebak-nebak siapa sebenarnya yang memukuli Hin apa orang-orang? Atau jangan-jangan Man yang main ke sarkem (pasar kembang) dan mengancam Hin untuk enggak bocor? Beri banyak asumsi agar penonton menduga-duga sebanarnya siapa pelaku.

Posisi Nis di dalam cerita Sekar Murka akan benar-benar bingung/bingung tenan. Asumsi-asumsi tentang pembelaan diri tiga tokoh akan membikin bingung penonton.

Ibed:
Secara cerita boleh digamblangkan. Secara presentasi dibikin misteri. Teater kudu memberikan alternatif-alternatif, atau asumsi-asumsi yang berbeda dengan berita atau cerita di dunia nyata. Pun, secara kebenaran aktual kita enggak ngerti mana yang benar dan mana yang salah.

Teater tidak men-judge mana yang benar dan mana yang salah. Tapi teater menunjukkan bahwa kebenaran tidak tunggal dan majemuk. Kerja interpretasi di dalam tim tetap berjalan dan tetap ada tawar-menawar.

Jamal:
Tokoh-tokoh tidak memberikan kenyataan pada dirinya dengan tegas. Biarlah semua menjadi misteri. Catatan untuk kirim e-mail ke kurator PSBK: bahwa proses kami akan seperti ini berdasar teksi ini tapi akan ada proses penerjemahan menjadi bahasa panggung. Sehingga pementasan berkemungkinan tidak akan sama persis seperti cerita dalam naskah awal in.

Ibed:
Aku pribadi tidak bisa menyutradari pertunjukan yang serewet ini, tapi akan ada laku tubuh yang berbeda. Filmis misalnya.

Jamal:
Sebelum masuk ke cerita ada motif cerita: misalnya sebelum cerita bab 1 ada pertengkaran 5 jam antara Nis dan Man, kampleng-kamplengan.

Masing-masing tokoh punya motif. Misalnya Hin orang baik tapi kenyataannya penuh pamrih dan bejat. Rokok sebatang aja dibahas. Dia juga menyimpan rahasia kalau ternyata sering ke sarkem. Man misalnya juga, ia preman tapi kalau berbuat baik enggak mau ditampakkan.

Ibed:
Struktur urutan bisa dibolak-balik, bisa sesuai dengan naskah bisa berbeda dengan naskah.

Dinu:
Biasanya penonton Jagongan Wagen Padepokan Seni Bagong Kussudiardja kebanyakan penikmat pertunjukan yang lebih banyak visualnya. Karena kebiasaan pementasan entertainment. Mungkin dibuka hibah supaya ada varian lain pertunjukan. Jadi, pilihan pementasan dari Ibed dan Jamal bisa memberi warna.

Kalau Dinu menyebutnya multi-layer, kalau Ibed menyebutnya imajinatif. Sebenarnya tema mengenai pilihan politis ataupun tidak, setiap orang berhak menentukan. Tapi tidak disampaikan dengan gamblang, lebih ke arah multi-layer. [des/uth]

Note:
[1] Pertemuan I Sekar Murka | Time:  30 Agustus 2017, 6.00 – 19.00 WIB | Lokation: Jeblog, beskem Kalanari Theater | Attended by:  Desi, Jamal, Ibed, Dinu, Jamal, Andy, Utroq