Sang Sutradara yang Juga Menjembatani Diskusi

[Proses 6] Sang Sutradara yang Juga Menjembatani Diskusi

KAMI masih rutin latihan di Omah Jayeng Prawiran dan kali ini menempatkan sang sutradara yang juga menjembatani diskusi kebutuhan tim, sutradara yang tak sebatas  men-direct”  lakunya pementasan saja.

Oh ya, selain berterima kasih pada Mas Garin Nugroho, kami juga berterima kasih pada pak Eko yang selalu membikinkan teh dan kopi untuk kami latihan.

Apa Maksudnya Sutradara yang Juga Menjembatani Diskusi?

Sang Sutradara yang Juga Menjembatani DiskusiPada sesi latihan berikutnya, naskah masih belum bisa sepenuhnya dilepas. Ketika Jamaluddin Latif masih berkeinginan memenggal teks beberapa bagian yang menurutnya tidak sreg (untuk dihapus), Ibed menyampaikan  keputusannya untuk memilih mana yang kudu dihapus dan mana yang tidak. Pada posisi inilah meski ia sebagai sutradara namun ia juga menjadi ‘jembatan’ yang bisa menghubungkan antara kemauan penulis serta kesediaan pelakon.

Lebih lanjut Desi Puspitasari sebagai penulis mengkomunikasikan beberapa hal yang sesuai maksud dan keinginannya di dalam teks kepada Ibed, kemudian sang sutradara menerjemahkan dan menyampaikannya melalui konteks panggung pada para aktor.

Pada kesempatan itu, sedikit demi sedikit mulai dicicil moving dan blocking.  Misalnya adegan Man dan Hin berbicara dengan maksud saling menjajaki kekuatan. Pada bagian ini, Ibed meminta preman mantan bosnya Hin diberi nama –dan tak sekadar dipanggil ‘Preman Pasar Kembang’ saja-.

Menanggapi hal itu, Desi mengutarakan bahwa biasanya pendekar, penjahat, dan juga preman memiliki nama julukan dibelakang nama asli mereka.

Seperti biasa, Annisa, Andy, Utroq, Dinu, Jamal, dan Desi, semua yang hadir pada latihan sore itu mengusulkan berbagai nama, terpilihlah panggilan GONO KERO. Penjelasan kero merujuk pada kondisi mata si bos preman yang juling. Sedangkan penjelasan nama GONO sebenarnya merupakan “plesetan” dari nama SurGONO Yuga, nama belakang sang sutradara itu sendiri.

Awalnya Ibed setuju dengan nama itu. Alasannya nama dengan rima yang bagus, Gono ketemu Kero. Ia belum memahami betul ‘maksud’ dibalik nama GONO KERO.

Namun selang beberapa saat, ia baru menyadari dan kemudian misuh-misuh minta nama itu diganti. Hahahahaha! Tidak bisa, Bung! ;P

Adegan Nis pada babak terakhir pun mulai ditemukan. Bagaimana cara ia membawa rangkaian bunga koyak dari taman yang sudah porak poranda, dan juga kehadiran bocah kecil. Ibed meminta bagian akhir monolog panjang Nis dipersingkat. Desi dan Ibed berdiskusi mengenai pemotongan dan revisi kalimat yang pas.

Saat latihan malam terakhir di Jayeng Prawiran tersebut, bergabung pula mas Roby Setiawan yang bertanggung jawab sebagai manajer artistik. Seluruh tim berdiskusi mengenai kemungkinan artistik yang akan digunakan pada pementasa SEKARMURKA. Akan ada banyak bunga, baik yang digantung atau diletakkan begitu saja.

Pada kebutuhan artistik bunga, tim JARINGPPROject dibantu oleh kebaikan hati Mbak Nana owner @Fleurify_, seorang yang datang karena diminta bantuannya langsung oleh Utroq Trieha, karena memang link-nya adalah dari dia. Untuk mmembahas mengenai jenis bunga, ukuran, dan berapa jumlahnya, kami memutuskan untuk ketemuan selang beberapa hari kemudian.

Dan oh ya, mulai tanggal 27 November 2017, latihan #SekarMurka berikutnya akan pindah ke ruang Layang-layang di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja di Bantul, Yogyakarta.

***
Bonus cerita hiburannnnn… 😛

Sehubungan dengan sedikit “cerita miring” yang ada di kediaman Omah Jayeng, kami juga sempat mengalami kejadian aneh-aneh itu. Hehe… Menurut cerita Annisa, saat syuting film Nyai, para kru sering diganggu oleh sesuatu yang tidak nampak, baik yang ada di rumah tersebut atau rumah di seberang.

Nah, sore itu, usai latihan Dinu pulang terlebih dulu. Selang beberapa waktu, ia kemudian bertanya pada kami apakah melihat tab miliknya yang tak ada di tas. Kami tak melihat sama sekali. Dinu diminta mengecek tas dan mengingat-ingat apakah sekiranya tab itu terjatuh di suatu tempat. Hasilnya nihil.

Dinu mengontak pak Eko selaku penjaga rumah Jayeng Prawiran. Pak Eko bilan ia tak menemukan benda yang dimaksud. Nasib, deh, sepertinya tab itu sungguhan hilang jatuh di jalan atau entah di mana. Selang dua hari kemudian, kami kembali latihan. Waktu itu baru datang Desi, Annisa, Andy, Utroq, dan Jamal. Dinu masih di perjalanan.

Tiba-tiba pak Eko datang menghampiri kami sambil membawa tab milik Dinu. Katanya, benda itu ditemukan tadi pagi saat pak Eko berberes rumah. Padahal waktu malam kejadian dan esok harinya, pak Eko tak melihat dan tak menemukan benda itu sama sekali. Secara tiba-tiba saja mendadak benda itu muncul kembali. Heeyyaaa~

Kami berterima kasih pada pak Eko. Dinu datang dan benda itu selama kembali diterimanya. Jadi, di manakah tab itu menghilang sebelumnya? [des/uth]

Sang Sutradara yang Juga Menjembatani