JIBRIL dikenal sebagai malaikat penyampai wahyu, mulai dari nabi pertama dan berlanjut ke nabi-nabi berikutnya. Menurut ajaran agama yang diterima dan dipahami oleh manusia, tugas Malaikat Jibril sudah usai. Sekarang Malaikat Jibril tak lagi punya pekerjaan. Alias malaikat pengangguran.
Malaikat Jibril kemudian mengerjai manusia dewasa, tapi para manusia itu malah marah-marah. Jibril ganti mengerjai sesama malaikat, namun pada akhirnya sama saja; malaikat yang dikerjai juga marah. Selanjutnya Jibril mengerjai anak-anak di sebuah Sekolah Dasar. Hanya anak-anak yang mengerti makna bermain-main.
Jibril sengaja menjatuhkan genteng di kelas supaya anak-anak berhamburan keluar ruangan. Muncullah kemudian sosok tukang kebun yang hendak membersihkan pecahan genteng.
Tukang kebun di sini merupakan sosok salah satu manusia dengan hidup kekurangan. Kondisi keluarganya yang miskin membuat si tukang kebun kesal saat mendengar berita-berita korupsi yang disiarkan di televisi. Jika segala upaya yang sudah dilakukan KPK tak lagi mempan, si tukang kebun berharap akan datangnya seorang Ratu Adil, atau Satria Piningit, atau bahkan malaikat untuk menyelesaikan persoalan yang begitu carut-marut ini.
Saat tidak menemukan ketidakberesan yang disebutkan bapak guru, tiba-tiba si tukang kebun diganggu oleh sosok tak kasat mata. Ada suara bisikan, meja dan kursi di dalam kelas bergerak sendiri, hingga akhirnya si tukang kebun menyimpulkan bahwa yang sedang menganggunya adalah malaikat.
Suatu malam, Malaikat Jibril datang ke dalam mimpi si tukang kebun dan membisikkan pesan bahwa ia ingin bermain dengan anak-anak. Si tukang kebun yang memberi tahu pak guru kembali tak dipercayai. Untuk membuktikan bahwa perkataannya benar, si tukang kebun membikin jaring untuk menangkap malaikat.
Malaikat Jibril terus memberi tanda-tanda. Si tukang kebun semakin giat bekerja. Pak guru tetap tak percaya dan pergi meninggalkan si tukang kebun. Sementara anak-anak dengan semangat ikut menunggu terjaringnya malaikat.
Si Malaikat Jibril kemudian sengaja memerangkapkan diri ke dalam jaring. Malaikat Jibril dan anak-anak bernyanyi bersahut-sahutan. Si tukang kebun ingin memanggil pak guru untuk menunjukkan perkataannya benar. Ia takut kalau-kalau si malaikat akan pergi, sehingga meminta supaya si malaikat bertahan di dalam jaring.
Namun, Malaikat Jibril menyadari bahwa ia tak bisa lama-lama bermain dengan anak-anak. Sudah kodrat baginya untuk terus beredar ke seluruh penjuru bumi. Malaikat Jibril menghilang dengan mengganti keberadaannya menjadi setumpuk daun pisang kering.
Si tukang kebun merasa kecewa dan bersedih. Ia jengkel bukan main. Di tengah keputusasaannya, si tukang kebun masih berusaha memanggil malaikat Jibril untuk kembali. Si tukang kebun ingin Malaikat Jibril membantu menangkap para koruptor yang bila dibiarkan saja negara akan semakin hancur karena perbuatan korupsi mereka.
Malaikat Jibril sudah kadung pergi. Ia meninggalkan layang-layang yang merupakan perwujudan wahyu dari Tuhan di langit-langit sekolah. Siapa saja berhak mengambil atau membiarkan layang-layang tersebut. Siapa saja memiliki hak mengambil layang-layang itu menjadi miliknya. Terserah… [dps]