Aktor Melepaskan Naskah | PERTEMUAN untuk latihan pada akhir bulan Juni 2016 intens dilakukan yang bertempat di Sarang Building-nya Uda Jumaldi Alfi Chaniago. Tanggal 25, 27, dan 30, antara lain dihadiri oleh Desi, Ibed, Jamal, Trie.
Jika pada tanggal 25 membahas mengenai “Konsep Pingin Bermain-main,” dan bukan sekadar aktor yang “Bermain,” maka perjumpaan selanjutnya masih terus diolah dengan berbagai macam kemungkinan.
PERSONEL | DESCRIPTION |
---|---|
Jamal [20:25] | Reading. Ehmm, bisa nggak ini di bagian tukang kebun yang berusaha “menahan malaikat” itu diperpanjang lagi, entah dengan apa. Karena ya biar ketahuan kalau dia itu akan sangat kecewa, akan gelow. Wong sudah bikin jaring berhari-hari kok mung mak plencing ilang malaikat |
Trie | Jibril di bagian yang ditahan itu kan penampakane dominan sebagai angin ya? |
Desi | Ya. Ya kalo gitu, berarti bisa saja dipraktekkan oleh Mas Jamal sebagai tukang kebun yang berusaha menahan angin. Tapi piye ya cara n ekspresine? |
Ibed | Oke-oke bisa saja. Aku malah mau bertanya, kira-kira ini bahasanya ini mau disesuaikan dengan dirimu gak ya? Ini kalo didengar kan masih bahasa monolog yang berbau naskah cerpen. Selain itu yang bagian penonjolan “ubi membesar” ini masih butuh diolah lho. Iya, akan lebih bisa ditangkap audience memang diperistiwakan |
Jamal | Oh, mungkin bisa juga di bagian depan saat sayap digantung.
Pertanyaanku lagi, “Sudah kelihatan belum sih penampakan malaikat ini sedang ingin bermain-main..?” dalam keseluruhan konteks pemanggungan ini? |
Ibed | Ya ini memang belum kelihatan banget sih, karena ini akan nunggu juga pada teman-teman tim artistik |
Jamal [21:45] | Reading lagi
Iya e, aku ngerasa di ending ini tukang kebun kurang diskusi menegaskannya e. Nah, aku ki pingin ketika malaikat punya puncak di ending, tukang kebun pun punya. Jadi pas di bagian akhir malaikat pergi, tukang kebun melampiaskan kekesalannya atas kepergian dan keberadaan malaikat selama ini. Lhah ngapain musti datang kalau hanya untuk pergi tiada memberi kepastian. Ngapain juga pergi buru-buru padahal keadaan negara masih tidak karuan keadaannya. Dan blabla bla |
Ibed | Betul betul.
Sangat bisa sekali. Keberadaan kekecewaan itu sangat bisa diimplementasikan ke banyak hal, bisa ke negara, sosial, apapun |
Jamal | Yups. Jadi pada awal ia meyakini kebenaran si malaikat, namun pada akhirnya ia mempertanyakan kembali |
Ibed | Nah selain itu aku ada catatan, yaitu perihal Malaikat. Israfil itu tugasnya apa sih? |
Desi | Peniup terompet |
Jamal | Iya, Israfil dan Jibril itu sakjane sama-sama malaikat yang lagi nganggur. Satu kerja di awal, satunya lagi kerja di akhir.
Bisa banget ini kita mainkan |
Ibed | Nahhhh….. Di situ masih bisa tuh diolah lagi, misalnya pada bagian setelah sayapnya ditu dilepas, maka akan semakin memperlihatkan ke-selow-an malaikat. Dramatikalnya naik-turun bisa kita mainkan |
Trie | Selain menyebarkan wahyu pada nabi, Jibril itu juga memiliki jabatan sebagai ketuanya malaikat. |
Ibed | Nahhhh…. Masuk tuh. Jibril bisa memiliki bahan nggambleh banyak banget.
Tentang kata “gratifikasi” juga butuh dipindah, karena kalau lihat kemarin kan konsep awalnya adalah wujud dari malaikat ‘membesarkan’ tanaman ubi dan singkong. Artinya ini juga kudu setelah singkong itu ditiup menjadi besar, bukan sebelumnya. |
*
Jamal | Reading [12:00 s/d 12:35] Ini tentang Nabi, tolong Desi nyari-nyari refferensi aktivis beberapa ormas itu lho. Di Youtube lah |
Desi | Oke |
Tri | “I love You” Pak Polisi…. |
Jundan | Itu kalau tentang nabi, kok Muhammad gak di akhir ya. Gimana itu kalau yang terakhir |
Ibed | Coba dibacakan, bunyi gak..? |
Desi | Membaca naskah (cerpen) |
Ibed | Nah itu bunyi, kosakatanya… |
Desi | Yang di halaman 4, yaitu tentang kata-katanya “Rangga Warsito” itu kan kutipan, tapi nada bacanya masih pake intonasi tuang kebun. Itu bagaimana? |
Jamal | (Melihat syair utuh di internet) Oh, ini bagus. Tetap pakai bahasa Jawa juga gak papa, nanti aku coba deh. |
Desi | Oke, aku lengkapin ya. Bahasa Jawa sekaligus bahasa Indonesianya |
Jamal | Satu lagi. Di balik urutannya,
Misale, “Alah bisa karena biasa” Kepotong “Padahal saya nggak melakukan apa-apa” Trus, “Itu jawaban yang bagus, pak. Itu piye? |
Desi | Aku merasakan gak nyambung |
Jamal | Itu di halaman 4, perpindahan dari tukang kebun yang lagi asyik getem-getem saat nonton TV di ruang satpam, trus pak guru datang meminta tolong untuk membersihkan kelas, itu kok kayak lompat ya.? |
Ibed | Nah iya. Itu yang dari kemarin aku kasih catatan, tapi malah lupa terus.
Trus halaman 7, yang kata “Itu jawaban yang bagus, Pak.” Nah perlu ditambahkan, “Sampean siapa..?” |
Ibed | Halaman 11, “Tiba-tiba anak-anak bersorak melihatku..” Kok kayaknya kurang pas, karena secara adegan sudah ada adegan panjang dialognya tukang kebun.
Nah, perlu ditambah, “Anak-anak yang sebelumnya terbengong-bengong itu, sekarang malah berteraiak-teriak menyambutku…” |
Jamal | Dulu sepertinya kita pernah memberikan interpretasi kepada penonton, yaitu kemisteriusan malaikat, dan keluguan tukang kebun.
Maksudku, bisa nggak ya, malaikat itu merasuki ke dalam tubuh tukang kebun. Agar imaji malaikat itu tetap “entahlah,” bukan lagi Jamal yang mewujud sebagai malaikat. Ini akan menunjukkan bahwa pak guru, anak-anak, dan bahkan penonton, semakin meyakini bahwa tukang kebun ini memang edyan. |
**
Jamal | Reading (38 menit) |
Desi | Ada yang kelewat satu paragraf untuk tukang kebun, mas |
Ibed | Iya, ada yang aku rasakan. Ada hal menarik, gerakan apa gitu, yang bisa bermanfaat gak ya?
Karena ada banyak dialog panjang jeh, yang kalau itu dikatakan thok akan terlihat kayak mengkotbahi penonton. |
Jundan | Layang-layang |
Ibed | Terlalu rumit kalo layang2 |
Jamal | Atau Malaikatnya pake Sketbot |
Ibed | Oke |
Desi | Yang mainan anak kecil lagi ngetren sekarang itu aja lho |
Jundan | Malaikate pake mainan anak-anak yang dianciki kaya sketbot kae lho |
Ibed | Wah syik itu, menarik |
Jamal | Hooh pa ya. Yang jelas juga untuk membedakan antara Malaikat dengan orang lain itu lho. Malaikat ora kangsrah lemah |
Ibed | Kapan situ bisa lepas naskah, bung? |
Jamal | Tanggal 20 Juli, aku usahakan bisa lepas naskah |
23.00 | Closed |